Penjualan Mobil Listrik 2024: Tren Global dan Tantangan Harga yang Harus Diatasi

Penjualan Mobil Listrik 2024: Tren Global dan Tantangan Harga yang Harus Diatasi
Edisi ke-20 dari Pekan Pelatihan Kebijakan Efisiensi Energi IEA akan diselenggarakan pada tanggal 7-11 April 2025 di kantor pusat IEA di Paris.

terbarukan.com – Mengutip dari iea.org, transisi menuju mobilitas listrik terus mengubah pasar energi dan otomotif global. Penjualan mobil listrik pada 2024 diperkirakan mencapai 17 juta unit, dengan satu dari lima mobil yang terjual di dunia merupakan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Namun, pertumbuhan ini tidak merata di seluruh pasar, dengan berbagai tantangan yang memengaruhi adopsi di beberapa wilayah.

Pasar Global: Pertumbuhan yang Tidak Merata

Negara seperti Australia, Brasil, Kanada, China, dan Indonesia menunjukkan peningkatan penjualan EV. Sebaliknya, negara seperti Jerman, Italia, Jepang, dan Korea mengalami penurunan dibandingkan 2023. Beberapa produsen mobil, seperti Volvo dan Ford, telah merevisi strategi elektrifikasi mereka karena tantangan profitabilitas dan tekanan persaingan.

Meskipun demikian, momentum global untuk EV tetap kuat. Diperkirakan, EV akan mencakup 45% dari total penjualan mobil pada 2030 dan 55% pada 2035. Namun, kunci utama untuk mempercepat adopsi massal terletak pada penurunan harga awal mobil listrik.

Pentingnya Harga Terjangkau

Meski biaya operasional EV lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional, harga awal yang tinggi menjadi penghambat utama adopsi. Di China, pasar EV terbesar dunia, kebijakan pemerintah, persaingan ketat, dan penurunan harga baterai telah menjadikan EV lebih terjangkau. Sekitar 60% mobil listrik yang terjual di China pada 2023 lebih murah daripada mobil berbahan bakar fosil.

Sebaliknya, di Eropa, mobil listrik cenderung berupa model premium yang lebih mahal hingga 40% dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional. Di Amerika Serikat, meskipun harga EV premium telah turun dari 50% menjadi 20% lebih mahal dibandingkan mobil biasa, model paling murah tetap berada di kisaran $30.000, jauh di atas rata-rata harga mobil berbahan bakar fosil.

Baca juga:  Dunia Bersatu di Forum Transisi Energi: Target Energi Terbarukan 2030

Pasar Berkembang dan Tantangan Harga

Pasar negara berkembang menghadapi tantangan serupa. Di India, Tata Motors merilis model EV dengan harga di bawah $15.000, tetapi ini masih lebih mahal dibandingkan rata-rata mobil berbahan bakar fosil yang dijual seharga $7.000. Sebagai perbandingan, VinFast di Vietnam meluncurkan SUV listrik mini dengan harga di bawah $13.000 pada 2024, menambah pilihan yang terjangkau.

Namun, tren global menunjukkan bahwa baik EV maupun kendaraan berbahan bakar fosil semakin besar ukurannya. Pada 2023, lebih dari 60% penjualan EV global berupa model SUV atau kendaraan besar, dan tren ini diperkirakan akan terus meningkat.

Dukungan Kebijakan dan Persaingan Pasar

Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam mendukung pengurangan harga EV. Di Eropa dan AS, dukungan terhadap manufaktur energi bersih dan skema insentif sosial telah membuat EV lebih terjangkau. Program leasing sosial di Prancis, misalnya, memungkinkan pelanggan mengendarai EV dengan biaya bulanan mulai dari €49.

Namun, tarif impor terhadap mobil listrik asal China, yang diterapkan di beberapa negara, dapat membatasi ketersediaan model terjangkau dalam jangka pendek. Di sisi lain, persaingan di pasar, terutama dari produsen China seperti BYD, membantu menekan harga global.

Faktor Pendukung Lain: Jangkauan dan Infrastruktur Pengisian

Selain harga, faktor seperti jangkauan baterai dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya tetap menjadi pertimbangan penting. Jika persaingan pasar dan kebijakan mendukung harga EV yang setara dengan mobil berbahan bakar fosil, adopsi massal dapat tercapai lebih cepat.

Kesimpulan

Masa depan mobil listrik bergantung pada kombinasi harga terjangkau, inovasi teknologi, dan dukungan kebijakan. Dengan semakin banyaknya model murah yang dirilis, serta persaingan dan insentif yang mendorong inovasi, industri EV berada di jalur yang tepat untuk menjadi pilihan utama bagi konsumen global. ***

Baca juga:  Oman dan Afrika Selatan Jadi Poros Baru Transisi Energi Global WEF

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *