DeepSeek Klaim AI Lebih Efisien, Pasar Energi dan Teknologi Global Bergejolak

Terbarukan.com – Startup kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, menghebohkan pasar global pekan ini setelah mengklaim telah mengembangkan chatbot AI dengan biaya jauh lebih rendah serta konsumsi daya yang lebih efisien dibandingkan raksasa teknologi Amerika Serikat.
Klaim ini memicu reaksi besar di pasar saham, menyebabkan anjloknya nilai saham perusahaan teknologi dan energi utama, termasuk Nvidia, Siemens Energy, GE Vernova, Mitsubishi Heavy Industries, Schneider Electric, dan ABB.
Menurut Forbes, perusahaan semikonduktor raksasa Nvidia mengalami kerugian besar dengan nilai saham yang turun drastis, menghilangkan hampir $600 miliar dari kapitalisasi pasarnya.
Sementara itu, menurut laporan Financial Times, sektor energi dan infrastruktur juga terkena dampak signifikan. Siemens Energy, yang sebelumnya diuntungkan oleh lonjakan permintaan turbin gas untuk pusat data berbasis AI, mengalami penurunan nilai saham hingga 21% dalam satu hari, meskipun mencatat pertumbuhan pendapatan yang kuat.
Investor mulai mengevaluasi ulang proyeksi permintaan listrik untuk AI, terutama setelah klaim DeepSeek tentang efisiensi daya yang lebih tinggi dibandingkan sistem yang digunakan perusahaan Amerika.
Tantangan Besar: Konsumsi Energi AI dan Pusat Data
Fenomena ini kembali menyoroti permasalahan besar dalam sektor energi, yakni konsumsi daya yang sangat besar oleh pusat data yang digunakan untuk AI.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA) pada Oktober 2024, investasi dalam pembangunan pusat data telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Amerika Serikat. Faktanya, investasi tahunan dalam pembangunan pusat data di AS telah berlipat ganda hanya dalam dua tahun terakhir.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2023, total investasi modal dari Google, Microsoft, dan Amazon untuk pusat data dan pengembangan AI melebihi total investasi industri minyak dan gas AS, setara dengan 0,5% dari PDB AS.
IEA juga mengungkapkan bahwa pusat data skala kecil biasanya membutuhkan daya sekitar 5-10MW, sedangkan pusat data hyperscale yang kini semakin umum dapat memiliki kebutuhan listrik hingga 100MW atau lebih. Konsumsi tahunan pusat data raksasa ini setara dengan permintaan listrik dari 350.000 hingga 400.000 mobil listrik.
Klaim DeepSeek tentang kebutuhan daya yang lebih rendah untuk AI mereka menjadi sorotan utama karena potensi dampaknya terhadap proyeksi permintaan energi global.
Dampak bagi Industri AI dan Energi Global
Jika klaim DeepSeek terbukti benar, efisiensi energi yang mereka capai dapat menjadi standar baru bagi perusahaan hyperscale. Menurut catatan dari Evercore ISI yang dikutip oleh Reuters, jika model AI DeepSeek dapat diadopsi oleh pemain besar lainnya, permintaan listrik untuk pusat data dapat dikendalikan dan lebih moderat.
Namun, ada juga perdebatan bahwa meskipun efisiensi teknologi meningkat, permintaan penggunaannya justru bisa melonjak.
CEO Microsoft, Satya Nadella, dalam sebuah unggahan di LinkedIn, menyebut fenomena ini sebagai Paradoks Jevons – semakin efisien teknologi, semakin tinggi penggunaannya.
“Saat AI semakin efisien dan lebih mudah diakses, kita akan melihat penggunaannya meroket, menjadikannya komoditas yang tak bisa kita hentikan,” tulis Nadella.
Dengan perkembangan pesat seperti ini, pasar teknologi dan energi global diperkirakan akan mengalami perubahan besar. Persaingan antara China dan AS di sektor AI tidak hanya berdampak pada industri teknologi, tetapi juga pada sektor energi, infrastruktur, dan regulasi global.
Kesimpulan
Munculnya DeepSeek sebagai pesaing kuat dalam teknologi AI telah mengguncang pasar global. Klaim efisiensi daya yang lebih tinggi tidak hanya menekan valuasi perusahaan teknologi besar AS tetapi juga mengubah dinamika proyeksi permintaan energi di masa depan.
Dengan perkembangan yang masih terus berlangsung, sektor teknologi dan energi kini menghadapi tantangan baru dalam mengadaptasi strategi investasi dan inovasi mereka.
Perubahan besar dalam konsumsi energi untuk AI kini menjadi perhatian utama, dan dunia akan terus menyaksikan bagaimana persaingan AI China vs AS akan memengaruhi industri di berbagai sektor. (*)
(Dikutip dari Smart-Energy.com)