Era Baru Korupsi Teknologi: Trump dan Kekuatan Besar Silicon Valley

Era Baru Korupsi Teknologi: Trump dan Kekuatan Besar Silicon Valley
Ilustrasi

Oleh: Elizabeth Lopatto

Pelantikan Presiden Donald Trump membuka babak baru dalam hubungan antara pemerintah AS dan para raksasa teknologi. Para tokoh besar seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg berkumpul, membawa pengaruh besar mereka ke jantung pemerintahan. Namun, di balik kemeriahan ini, ada bayangan gelap tentang korupsi yang semakin terang-terangan.

Dana Besar dan Pengaruh Teknologi

Trump menerima sumbangan besar dari perusahaan teknologi seperti Amazon, Google, Uber, Microsoft, Meta, hingga Elon Musk yang disebut telah menginvestasikan lebih dari $250 juta untuk mendukung kampanye dan pelantikannya. Para donatur ini tidak hanya membeli pengaruh politik, tetapi juga perlindungan untuk menghindari pengawasan publik dan regulasi yang ketat.

Mark Zuckerberg, misalnya, berusaha memanfaatkan hubungan ini untuk melindungi Meta dari potensi pembubaran oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC). Sementara itu, Musk menggunakan kedekatannya dengan Trump untuk memperkuat kontrak pemerintah bagi SpaceX dan memuluskan ambisinya di industri pertahanan.

Crypto dan Korupsi yang Mendalam

Industri kripto juga menjadi pemain besar dalam permainan ini. Dengan sumbangan jutaan dolar, pelaku industri ini berharap mendapatkan regulasi yang lebih longgar dan perlindungan dari investigasi pemerintah. Bahkan, terdapat rencana untuk menjadikan kripto sebagai prioritas nasional melalui perintah eksekutif yang sedang dirancang.

Namun, kelonggaran regulasi ini hanya memperbesar risiko penipuan seperti kasus FTX, sambil memberikan peluang lebih besar bagi kejahatan dan spekulasi liar di dunia kripto.

Persaingan dan Konflik Internal

Meskipun mereka tampak bersatu, para raksasa teknologi ini memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Zuckerberg mendukung larangan TikTok yang akan menguntungkan Meta, tetapi Trump tampaknya mempertimbangkan ulang karena salah satu donatur konservatif memiliki saham besar di TikTok. Sementara itu, Apple membutuhkan pengecualian dari tarif impor, dan Andreessen menginginkan pembubaran Google.

Baca juga:  Energi Kaltim: Dari Janji ke Aksi atau Tetap di Atas Kertas?

Persaingan ini menciptakan dinamika yang kompleks, di mana setiap perusahaan berusaha menjadi favorit Trump, sambil terus berusaha menjatuhkan pesaing mereka.

Masa Depan Teknologi dan Korupsi

Era baru ini menunjukkan bagaimana teknologi dan politik saling terkait dalam cara yang semakin tidak sehat. Dengan mengandalkan pengaruh politik untuk melindungi keuntungan mereka, perusahaan teknologi seperti Meta, Tesla, dan SpaceX tidak hanya mengabaikan kepentingan konsumen, tetapi juga memperburuk ketimpangan sosial.

Alih-alih mendorong inovasi sejati, para pemimpin Silicon Valley ini tampak lebih fokus membangun “zaman keemasan korupsi.” Ketika mereka semakin kuat, publik mungkin mendapati bahwa kebebasan mereka semakin tergerus oleh monopoli dan kebijakan yang menguntungkan segelintir elit.

Inilah momen yang menentukan, tidak hanya bagi industri teknologi tetapi juga bagi demokrasi dan masyarakat secara keseluruhan. Apakah kita akan membiarkan korupsi ini berlanjut, atau bangkit untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas? Dunia sedang mengawasi. ***

*Penulis adalah seorang reporter yang menulis tentang teknologi, uang, dan perilaku manusia. Ia bergabung dengan The Verge pada tahun 2014 sebagai editor sains. Sebelumnya, ia adalah seorang reporter di Bloomberg.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *