Laporan IEA: Geothermal Bisa Jadi Sumber Energi Bersih Terbesar, Tapi Biaya Harus Turun 80%

Laporan IEA: Geothermal Bisa Jadi Sumber Energi Bersih Terbesar, Tapi Biaya Harus Turun 80%
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)

Terbarukan.com – Teknologi baru telah membuka peluang besar bagi energi panas bumi (geothermal) untuk menjadi sumber listrik bersih yang tersedia di hampir semua negara. Laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa jika biaya proyek dapat ditekan, panas bumi berpotensi memenuhi 15% dari pertumbuhan permintaan listrik global hingga 2050.

Dalam skenario ini, kapasitas panas bumi dunia bisa mencapai 800 gigawatt (GW), setara dengan konsumsi listrik tahunan gabungan Amerika Serikat dan India saat ini.

Geothermal: Energi Bersih, Fleksibel, dan Berkelanjutan

Saat ini, energi panas bumi hanya menyumbang sekitar 1% dari konsumsi listrik global. Namun, analisis terbaru IEA yang bekerja sama dengan Project InnerSpace menunjukkan bahwa teknologi generasi baru dapat meningkatkan pemanfaatan geothermal secara signifikan.

Keunggulan utama geothermal adalah kemampuannya menghasilkan listrik bersih sepanjang waktu (24/7). Hal ini menjadikannya solusi ideal untuk melengkapi sumber energi terbarukan lain seperti angin dan surya, yang sifatnya lebih fluktuatif.

Selain itu, sektor panas bumi dapat memanfaatkan teknologi dan keahlian industri minyak dan gas untuk mengebor lebih dalam ke dalam bumi dan mengekstrak sumber energi dengan emisi rendah dalam jumlah besar.

Investasi Geothermal Bisa Capai $1 Triliun dalam Satu Dekade

Menurut Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA:

“Teknologi baru membuka cakrawala baru bagi energi panas bumi di seluruh dunia. Ini bukan hanya peluang besar untuk memenuhi permintaan listrik global secara bersih dan aman, tetapi juga peluang bagi industri minyak dan gas untuk berkontribusi lebih luas dalam transisi energi.”

Laporan IEA menyebutkan bahwa pertumbuhan industri geothermal bisa menarik investasi hingga $1 triliun pada 2035 dan meningkat menjadi $2,5 triliun pada 2050.

Baca juga:  Audi Luncurkan Charging Park dengan Grid Simulator untuk Uji Coba Global

Selain itu, jika sektor ini berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan, jumlah lapangan kerja di industri panas bumi dapat meningkat enam kali lipat menjadi 1 juta pekerja pada 2030.

Teknologi Baru Bisa Mendorong Geothermal Jadi Energi Global

Hingga saat ini, pemanfaatan panas bumi masih terbatas pada negara-negara yang memiliki aktivitas vulkanik tinggi atau berada di atas patahan tektonik. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Islandia, Indonesia, Turki, Kenya, dan Italia menjadi pemimpin dalam industri ini.

Namun, dengan adanya inovasi teknologi baru, pemanfaatan energi panas bumi tidak lagi terbatas pada wilayah tertentu. Lebih dari 100 negara telah memiliki kebijakan untuk energi surya dan angin, tetapi hanya 30 negara yang memiliki kebijakan khusus untuk geothermal.

Meningkatkan prioritas energi panas bumi dalam agenda nasional, serta memberikan insentif untuk inovasi dan pengembangan teknologi, dapat membantu mengurangi risiko proyek dan mendorong investasi lebih besar.

Target: Penurunan Biaya 80% untuk Meningkatkan Daya Saing

Salah satu tantangan utama yang dihadapi geothermal adalah biaya awal yang tinggi. Proses eksplorasi dan pengeboran memerlukan investasi besar dan sering kali menghadapi hambatan administratif yang kompleks.

Namun, jika regulasi yang jelas dan insentif investasi diterapkan, laporan IEA memperkirakan bahwa biaya proyek geothermal dapat turun hingga 80% pada 2035, mencapai sekitar $50 per megawatt-hour (MWh).

Dengan biaya ini, geothermal akan menjadi sumber listrik bersih yang paling murah dan dapat bersaing dengan tenaga air (hydropower) serta nuklir.

Bahkan, dibandingkan dengan kombinasi panel surya dan penyimpanan baterai, geothermal akan menjadi pilihan yang lebih kompetitif secara ekonomi.

Dukungan dari Industri Minyak dan Gas

Industri minyak dan gas memiliki peran penting dalam mempercepat pertumbuhan energi panas bumi. Hingga 80% dari investasi geothermal berkaitan dengan keahlian dan kapasitas yang sudah dimiliki sektor minyak dan gas.

Baca juga:  JAECOO J7 Super Hybrid Debut di IIMS 2025: SUV Premium Ramah Lingkungan dengan Teknologi Canggih

Selain itu, investasi dalam geothermal juga dapat menjadi strategi diversifikasi bagi perusahaan minyak dan gas untuk mengurangi ketergantungan pada sektor bahan bakar fosil, yang diperkirakan akan mengalami penurunan permintaan di masa depan.

Geothermal untuk Mendukung Pertumbuhan Data Center Global

Saat ini, dunia tengah mengalami pertumbuhan pesat dalam ekonomi digital dan kecerdasan buatan (AI). Semakin banyak pusat data (data centers) yang memerlukan sumber energi stabil dan berkelanjutan.

Laporan IEA menyoroti bahwa geothermal dapat menjadi solusi utama untuk mendukung data center raksasa, yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan teknologi global.

Bahkan, beberapa perusahaan teknologi besar telah mulai menandatangani perjanjian pembelian listrik (PPA) dengan proyek geothermal generasi baru sebagai langkah strategis dalam keberlanjutan energi mereka.

Regulasi dan Hambatan Administratif Masih Jadi Tantangan

Meskipun memiliki potensi besar, laporan IEA mencatat bahwa proses perizinan dan birokrasi masih menjadi hambatan utama dalam pengembangan proyek geothermal.

Dalam beberapa kasus, proyek geothermal dapat memakan waktu hingga 10 tahun untuk bisa beroperasi karena kompleksitas administrasi. Oleh karena itu, laporan ini merekomendasikan agar pemerintah menyederhanakan proses perizinan dengan mengonsolidasikan langkah-langkah administrasi yang diperlukan.

Selain itu, perizinan geothermal sebaiknya dipisahkan dari regulasi pertambangan mineral, agar dapat diproses lebih cepat dan efisien.

Kesimpulan

Energi panas bumi memiliki potensi besar untuk menjadi sumber listrik bersih yang andal dan kompetitif secara ekonomi. Dengan adanya teknologi baru dan dukungan regulasi yang tepat, geothermal bisa berkembang pesat dan memenuhi 15% dari pertumbuhan permintaan listrik global hingga 2050.

Namun, untuk mencapai potensi tersebut, industri ini memerlukan penurunan biaya hingga 80%, regulasi yang lebih mendukung, serta keterlibatan industri minyak dan gas dalam mendukung pengembangan teknologi geothermal generasi baru.

Baca juga:  “Rel Hijau” Negeri Gajah Putih

Dengan investasi yang diproyeksikan mencapai $1 triliun pada 2035, energi panas bumi berpotensi menjadi pilar utama dalam transisi energi global menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. (*)

(Dikutip dari IEA.org)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *